Tidak tahu kenapa dalam satu minggu ini istilah extraordinary begitu sering kedengaran di telinga saya. Tidak seperti istilah biasa, terasa ada yang lain saat itu kedengaran dan ada maksud tersendiri yang dibawakan oleh kata itu ke saya. Tapi apa itu, entahlah, yang pasti ini masih terus terngiang-ngiang di telinga saya sampai saat menulis ini.

Hingga akhirnya tadi saya ngobrol dengan tetangga perihal kesibukan yang saya jalani sekarang. Bagiku, membicarakan usahaku untuk mendapatkan pemasukan tidaklah gampang, karena tidak bisa begitu saja menyamakan persepsi kita dengan persepsi orang lain tentang uang. Okelah, bukan tentang persepsi itu yang saya pusingkan tadi, tapi saat saya mengatakan bahwa hal yang diperlukan oleh setiap usaha apa pun adalah kerja keras. Yap betul, kerja keras. Tapi...‘kok istilahnya harus kerja keras ya’ hati saya bergumam begitu kata itu keluar dari mulutku.

Kedengarannya kok tidak klop, kalau kita merasakan makna ‘kerja keras’ yang kita bayangkan pasti ‘banting tulang’, ‘setengah mati’, 'sangat capek', dan lain-lain yang saya pun kadang ngeri membayangkannya. Tapi apakah harus selalu berat seperti itu? Benarkah orang yang berhasil dalam usaha mereka harus bekerja keras dulu sampai berhasil? Harus jeli melihat pertanyaan tadi. Mungkin kebanyakan orang bilang, iya. Tapi tunggu dulu. Apakah anda setuju dengan istilah ‘kerja keras’? Nah, ini yang saya angkat di tulisan kali ini.

Memang banyak orang berhasil dengan ‘kerja keras’ dalam arti yang sebenarnya bekerja dengan keras. Tapi tidak semua kan. Mungkin bisa diganti dengan istilah bekerja smart, tapi kedengarannya masih aneh. Seolah-olah bekerja pakai akal-akalan dan terkesan menguntungkan diri sendiri. Bila kita mendengar ‘kerja keras’, kita tidak tahu seperti apa yang dikatakan kerja keras, apakah kerja angkat barang, menguras keringat, stress, dan lain-lain. Tapi bila kita bayangkan pengusaha, kita juga katakan mereka kerja keras, ya benar, kerja keras. Tapi tidak sampai susah payah dalam hal fisik, mereka mengambil resiko besar dalam hidupnya, tapi yang diperolehnya pun setimpal dengan pengorbanan yang telah dilaluinya. Di saat sudah punya sistem, mereka tidak begitu keras lagi kerjanya. Nah, di sini istilah kerja keras sudah tidak mengena. Menurut saya, istilah yang pas menurut saya adalah extraordinary, ya ekstraordinary.

Saya belum baca kamus apa pun, untuk maksud dari istilah itu, tapi bila kita artikan per kata, maka artinya adalah di luar kebiasaan, luar biasa, atau apa pun itu yang berarti bukan seperti biasanya, tidak seperti kebanyakan, unik, dan tersendiri. Bagi saya, kata ini lebih pas untuk membahasakan orang yang berhasil dalam hidupnya. Be Extraordinary, jadilah orang yang luar biasa, jangan seperti orang yang biasanya kita lihat, kita harus tidak terbiasa dengan kebiasaan kita. Yah, layaknya orang yang sukses, mereka pun akhirnya bukan orang yang biasa, karena pada dasarnya mereka telah berpikir sejak dahulu untuk jadi orang yang luar biasa, tidak serta merta ikut dalam pemikiran orang-orang biasa yang hidup di sekitarnya.

Di sini saya perlu jelaskan kembali bahwa pilihan untuk menjadi luar biasa adalah semata-mata hanya pilihan, karena saya tidak bermaksud merendahkan orang-orang yang biasa, karena banyak contoh yang menjadi bukti bahwa menjadi orang biasa juga asyik, tidak banyak obsesi, dan tidak mengejar hal yang dirasa sudah melebih kemampuannya, punya mimpi yang simpel-simpel saja, itu juga asyik. Semua tergantung pada mimpi apa yang ingin kita raih. Enjoy your life..

Posted on 16:44 by 100% asli

Judul yang cukup provokatif, tapi percayalah apa yang saya utarakan adalah hal yang bisa membuat anda tercengang dan mempertanyakan kembali apa yang selama ini anda percayai. Tidak perlu panjang lebar untuk intro, cukup satu kalimat awal.. "Takdir itu kita yang tentukan sendiri". Tidak percaya?
Silakan ikuti penjelasan berikut:
 
Ada banyak orang yang seringkali berkata di saat mereka jatuh, down, menyerah, atau apa pun istilahnya bahwa 'mungkin takdir saya seperti ini, tidak bisa berbuat atau menjadi lebih baik'. Coba cermati benar-benar kalimat tersebut, pasti kita sadar bahwa orang yang mengatakan itu adalah orang yang sudah gagal. Masih beruntung bila kalimat itu hanya sekedar untuk menyenangkan hatinya yang semestinya gelisah, it's OK. Jangan sampai takdir kita salahkan kala kita gagal, yang mesti anda salahkan adalah diri kita sendiri.

Sekali lagi, yang kita salahkan adalah diri kita sendiri. Kita harus berani mengakui kesalahan kita dan tidak menyalahkan takdir yang Tuhan berikan ke kita. Bila kita salahkan takdir, itu berarti kita salahkan Tuhan juga dong. Pasti banyak yang berkelit, "enggak ah, tidak menyalahkan Tuhan kok". Itu artinya anda mencari jalan tengah, tidak salahkan Tuhan juga tidak salahkan anda sendiri. Tetapi pasti anda masih mencari kambing  hitam kan? Ayo mengaku sajalah.

Padahal, kalau kita pikir sedalam yang kita bisa, apa sih susahnya kita salahkan diri kita sendiri. Takdir tidak berbuat apa-apa ke kita, tapi takdir yang kita salahkan, Sementara anda berbuat sesuatu tanpa pernah mengajak takdir ikut serta dalam diskusi pikiran anda. Tapi, kenapa takdir yang kita salahkan. Ayoo...

Cobalah, jangan selalu menganggap bahwa anda selalu benar, meskipun pada dasarnya setiap orang pasti menganggap dirinya selalu benar, salah pun akan tetap saja menganggap dirinya benar. Iya kan? Jika kita benar-benar rendah hati mengakui bahwa diri kita salah.. Maka sebenarnya anda telah menemukan penyebab kegagalan anda adalah diri anda sendiri. Bayangkan ada berapa banyak orang melakukan sesuatu yang seperti anda lakukan dan ternyata berhasil, terus kenapa anda gagal? Artinya ada yang salah dengan diri anda. Andalah yang harus berubah, jangan berharap takdir yang mengubah anda seperti undian mobil yang tiba-tiba jatuh ke tangan anda. Takdir itu kita yang tentukan, bukan siapa-siapa.

Saya tidak berniat mengesampingkan peran Tuhan dalam dinamika hidup kita. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa sesuatu yang terjadi di bumi ini, sekecil apa pun itu, pasti Tuhan punya peranan. Ini saya tulis sebagai penyemangat bahwa kita masih bisa mengubah apa yang ada pada diri kita apalagi kalau 'cuma' berkaitan dengan rejeki. Rejeki itu sudah diatur sedemikian rupa sehingga itulah yang terbaik untuk kita. Misal kita kekurangan uang, mungkin diberinya sedikit karena kalau dikasih banyak maka lupa diri, menyombongkan diri, dan akhirnya men-Tuhankan uang. Berarti lebih baik seret dong. Tapi, itu hak Tuhan memberi kita seperti apa. Kita yang penting berusaha dan memantaskan diri saja.

Sekian... Mari kita intropeksi.

Posted on 22:29 by 100% asli

I hope everyone who read this blog will know that a contemplation will make you know about your goals in the next time... You have to imagine what your life would be.

Contemplation atau dalam bahasa sehari-hari adalah merenung dengan amat dalam (pengertian penulis, red.) adalah sebuah proses yang memerlukan keseriusan dalam berpikir. Apa yang kita pikirkan adalah sesuatu yang menggelitik untuk kita urai lebih dalam agar diperoleh kesimpulan mendasar setelah meninjaunya dari segala sisi.

Perenungan diperlukan secara rutin agar kita tidak bisa mengendalikan diri kita dan sikap kita. Kita tentu sering kali mengatakan secara tidak sadar bahwa hari berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah tahun baru lagi, dan ungkapan lain yang mengartikan bahwa kita tidak merasakan betul waktu yang berlalu. Toh, mereka yang mengatakan seperti itu sebagian besar tidak menyadari apa yang dilakukannya karena terkungkung dalam rutinitas yang tidak disadarinya.

Waktu yang terbaik untuk melakukan perenungan yang selama ini pernah saya baca atau dengar adalah di saat kita mau tidur atau di saat bangun tengah malam. Di saat semua aktivitas seharian sudah kita lakukan dan saatnya untuk tidur adalah saat yang tepat untuk me-review kembali apa yang telah kita lakukan sepanjang hari. Mungkin kita baru ingat ada yang sikap kita yang membuat seseorang merasa terabaikan, mungkin kita baru sadar bahwa bicara kita terlewat tinggi dan berpotensi menyinggung perasaaan orang meskipun bukan maksud kita seperti itu, dll.

Bilapun seharian kita tidak berinteraksi dengan orang lain dan tidak ada yang spesial dalam seharian itu, renungkan perjalanan hidup kita yang lain terutama di saat-saat kita mengambil keputusan besar, mengapa kita bisa memutuskan dengan mantap suatu keputusan besar itu. Atau, momen di mana kita menjalani masa yang sulit dan akhirnya bisa keluar dari kondisi itu.

Semakin banyak kita merenung, saya optimis kita akan semakin bijaksana menyikapi kehidupan. Kita akan sadar bahwa ada kekuatan besar yang mengatur kehidupan ini hingga kita bisa melalui berbagai macam pengalaman hidup yang silih berganti dan terus seperti itu tanpa pernah berhenti. Orang-orang di sekitar kita juga silih berganti mewarnai emosi kita, ada yang lahir dan ada yang berpulang, ada yang sakit, ada yang beruntung, dll..

Dan akhirnya, kita akan berpikir kehidupan ini akan mengarah ke mana.. Kehidupan adalah nikmat terbesar yang tidak pernah kita tahu kapan berakhirnya. Kita melihat bahwa semua orang akan menuju kematian, dan itulah akhirnya semua mimpi dan usaha kita.. Melihat kematian yang pasti adanya, saya berkesimpulan sebenarnya yang patut dipersiapkan adalah kematian itu sendiri..

Maaf bila ada salah kata..

Posted on 22:41 by 100% asli

"Cobaan hidup terasa tidak pernah berhenti".. Banyak orang yang mengeluh seperti itu. Cobaan dianggapnya sebuah kesialan yang merepotkan sehingga berusaha sekuat tenaga agar tidak mengalaminya. Tapi ternyata.. dialami juga. Ada yang salah? Tidak ada, kehidupan memang seperti itu. Cobaan adalah bumbu hidup yang berkaitan dengan kesuksesan yang diidamkan semua orang.

Faktanya, kita sering kali keok oleh cobaan dengan mengeluh sebanyak-banyaknya, :D. Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah bahwa cobaan yang kita kita alami bukanlah untuk menjatuhkan kita tapi adalah cambuk untuk kita bangkit dengan memperbaiki langkah kita. Yang pasti, tidak ada orang yang menjadi dewasa tanpa pernah mengalami cobaan sepanjang hidupnya. Cobaan adalah teguran yang Tuhan berikan kepada makhluknya, yang secara kasat mata terlihat pilu. Tapi sebenarnya, itu adalah teguran yang Tuhan sampaikan secara tidak langsung untuk menjadikan kita lebih baik dari segi agama, pola pikir, dan rejeki.

Kita bisa menjadi bijaksana dan arif dalam melihat kondisi dan mengambil keputusan jika kita pernah mengalami rangkaian cobaan. Jadi, jangan pernah menjauhi dan menghindari cobaan, tapi hadapilah dan jalanilah, pasti ada yang bermakna atau perubahan positif setelah kau lulus mengalaminya. Seperti dalam firman-Nya, "sesungguhnya bersama kesusahan itu ada juga kemudahan".

Kita harus sadar sepenuhnya bahwa tidak ada yang instan dalam hidup ini. Kita tidak mungkin lahir langsung tahu ini dan itu, bisa ini dan itu. Semua bertahap, semua berproses. Kita pun harus mengalami yang namanya jatuh saat belajar jalan, kita pun pernah ditertawakan saat pertama kali berucap, dan tentu saja kita sering diajari banyak hal tentang hidup. Kita bisa bicara karena mendengar dan mencontoh orang bicara, begitu pun membaca, menulis, dan berinteraksi. Semua bertahap... Tidak mungkin kita lewati semua itu dengan mulus. Berjalannya waktu kita pernah berbuat salah dan mempunyai sifat jahat, orang tua pun menegur kita. Semuanya adalah proses pendewasaan yang kita alami dari lahir sampai akhirnya kita menjadi seperti sekarang ini.

Di masa kita dewasa yang akhirnya membuat kita harus jauh dari orang tua, di situlah kita benar-benar ditempa untuk menjadi dewasa. Tidak ada lagi orang  yang akan memperhatikan kita secara total. Kita harus bisa mengatur aktivitas kita sendiri dan kita harus cerdas dalam memanfaatkan waktu dan uang yang kita miliki. Salah sedikit saja bisa berakibat fatal. Saat itulah, mental kita dilatih untuk mau berpikir dan berbuat lebih ekstra dari biasanya, sekaligus mengukur sejauh mana ketahanan diri kita atas cobaan yang kita jalani. Tapi, cobaan itu bukan untuk disesali tapi harus kita terima dan hadapi. Di balik cobaan itulah tersimpan mutiara makna hidup yang bila kita dapatkan maka kesuksesan akan kita raih. Semakin berat cobaan yang pernah kita alami maka semakin besar pula kesuksesan yang kelak kita dapatkan di kemudian hari.

Posted on 05:27 by 100% asli

Dalam bergaul dengan orang lain, sengaja atau tidak sengaja kita tidak bisa lepas dari kekhilafan. Sekuat apa pun diri kita mengendalikan diri untuk tidak sampai membuat kesalahan, tetap saja susah dihindari. Mungkin kita berpikir, kalau begitu lebih baik tidak usah bergaul dong.. seperti yang sering saya pikirkan juga. :D. Namun kalau dipikir lebih tidak etis lagi kalau kita memilih membekukan silaturrahmi hanya karena takut terlibat dalam masalah yang tidak perlu.

Terus solusinya bagaimana dong? Bergaullah yang wajar. Kita niatkan bergaul karena itu tuntutan kita sebagai makhluk sosial. Jangan berlebih-lebihan dalam hal bicara, bercerita, berkomentar, karena dikhawatirkan kita bakal dicap sombong, sempurna, dan lebih baik dari orang lain. Bila atribut itu sudah muncul dalam pikiran orang, maka kita akan dianggap salah oleh mereka ataupun kalau tidak ada yang salah, mereka akan tetap mencari kesalahan kita atau setidaknya mencap kita jelek.

Kita baik atau tidak, tetap saja punya peluang untuk dibenci orang. Atau dibalik, orang lain baik atau tidak, tetap saja kita berpeluang untuk membencinya. Loh, kok bisa? Satu misal deh, kalau teman terlalu baik atau kaya, terus teman kita jadi buah bibir orang lain, dan sampai kepada membandingkan kita dengan teman kita, dan kita ada di posisi yang lebih rendah.. Jika kita tidak iman dan bukan orang sabar, saya yakin akan muncul benih kebencian kepada teman kita itu.. Setuju?

Baik itu kita dibenci atau pun membenci orang lain, sama saja memiliki efek negatif. Memendam suatu kebencian hanya akan menghalangi kebebasan kita sendiri. Kebencian akan melahirkan obsesi untuk membalas dan pikiran kita condong untuk memperhatikan gerak-gerik orang lain sehingga ketidaktenangan itu muncul dengan sendirinya. Dunia terasa lebih sempit, pikiran juga putar-putar di situ saja, ketenangan hidup menjauh, dan emosi yang tidak terkendali. Terus apa yang harus kita perbuat??

Satu saja kuncinya, ikhlaskan!

Kita bukanlah manusia yang bisa menanggung semua beban hidup. Kita punya Tuhan tempat curahan hati kita dengan meyakini bahwa Dia Maha Kuasa sehingga Dia-lah yang bisa membuat kita keluar dari masalah yang menghimpit kita. Ikhlas berarti mempasrahkan kepada Tuhan apa pun yang akan terjadi ke depan. Baik itu berakhir baik atau berakhir buruk, kita terima saja. Kita jadikan kebencian orang lain itu adalah sesuatu yang biasa saja yang Tuhan atur untuk kita agar kita berubah dan lebih menjaga diri, mulut, dan tingkah laku.

Jikalau orang yang membenci kita itu mencaci atau melakukan hal yang tidak terpuji kepada kita, kita balas dengan wajar. Jangan berlebih-lebihan, karena itu bisa jadi pemantik untuk lebih memperpanjang masalah yang ada. Toh, nanti dia akan menyesal sendiri kalau sudah merasa berbuat berlebihan kepada kita.. Tapi intinya kita tidak perlu takut dan khawatir, selama kita percaya dan dekat kepada Tuhan, yakinlah kita akan diberi jalan keluar yang indah..

Posted on 00:07 by 100% asli