Setiap manusia ditakdirkan dengan sifat, fisik, dan nasibnya masing-masing. Perbedaan mendasar itulah yang kemudian membuat setiap orang juga memiliki ciri khas masing-masing. Ada yang baik ada yang jahat, ada yang ramah ada yang kasar, ada yang tulus ada yang pamrih, ada yang rajin ada yang malas. Karena itulah, kita tidak bisa dengan mudah berhubungan dengan siapa saja, apalagi dengan orang-orang yang berseberangan dengan sifat kita.

Di antara sifat khusus yang dimiliki oleh setiap manusia, ada sifat di mana seseorang merasa beda sendiri, berharga sendiri, bagus sendiri, dan asyik sendiri, itulah sifat egois. Setiap orang pastinya memiliki sisi egois dengan tingkat yang berbeda-beda. Nah, bagaimana kita merespon orang di sekitar kita yang memiliki sifat egois? Nah, untuk itu artikel ini ditulis secara khusus untuk membahas cara menghadapi suami atau pria dan wanita egois.

Menghadapi suami atau istri yang egois memerlukan trik kreatif agar kita tidak mengarah pada pertengkaran. Walaupun kita sadar bahwa setiap orang berhak untuk bersifat seperti apa, tapi tidak bisa juga orang melakukan semaunya sesuai keinginannya saja. Boleh jadi sifat negatif sesorang bersinggungan dengan sifat orang lain yang mana berpotensi menjadi konflik. Contohnya, seseorang yang memiliki sifat egois akan mudah bersinggungan dengan orang lain yang pemarah.

Menghadapi suami atau istri yang egois harus dihadapi dengan lapang dada, karena pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak bisa diputuskan dengan hati yang panas. Mau tidak mau, kita harus menerima sifat egois pasangan kita dengan lapang dada. Kita harus pandai membawa diri kita agar tidak terbawa emosi dan menjadi antipati terhadap suami atau istri kita. Sebaiknya kita melakukan pendekatan yang lebih berbeda dan berusaha menyadarkan pasangan kita dengan cara yang halus dan tidak frontal.

Kata bijak tentang egois yang saya pegang adalah; wajar bila pria atau wanita bersifat egois,  setiap orang butuh proteksi untuk urusan pribadi. Kalau sifat egoisnya berlebihan mungkin karena mereka belum tahu bagaimana mengelola egois yang baik. Egois pada dasarnya diperlukan untuk mencegah diri kita dari keterpurukan dan menunjukkan kehati-hatian. Yakni, ada saatnya di mana kita harus benar-benar memikirkan diri kita dulu. Setiap orang dikaruniai dengan pikiran, jadi seyogyanya setiap orang harus bisa memikirkan dirinya sendiri dan orang lain. Bila kita bisa memakmurkan diri kita maka kita juga dianjurkan untuk memakmurkan orang lain.

Egois dalam Islam merupakan sifat yang harus diseimbangkan. Tidak boleh egois full, karena itu berarti kita tidak mau membantu orang lain padahal seyogyanya orang lain punya hak pada diri kita. Kita dianjurkan untuk mau memberikan apa yang kita punya ke orang lain, sebagai bentuk sedekah. Dalam hal syiar pun, kita disarankan untuk menyampaikan apa yang kita tahu. Ilmu dan harta yang kita punya bukanlah mutlak punya kita semata, hanya anugrah dan titipan saja, Ada porsi harta yang harus kita berikan ke orang lain dalam bentuk zakat. Nah, zakat ini adalah amalan yang mengajarkan kita untuk tidak egois.

Akhirnya, menghadapi suami atau pria dan istri atau wanita egois harusnya bercermin pada nilai moral yang dikandung dalam agama. Keegoisan adalah cikal bakal untuk menjadi serakah. Harta dan ilmu yang diberikan ke kita hanya akan menjadi ladang pahala bila orang lain juga turut memperoleh manfaatnya. Semua hanya titipan dan tidak ada yang abadi. Keegoisan membuat kita miskin amal dan miskin berkah. Padahal harta dan ilmu itulah yang jadi bekal kita untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.