Kehidupan kita ditandai dengan adanya waktu yang menjadikan kita memiliki masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Seiring berjalannya waktu, akan berjalan pula prorases-proses yang lain mulai dari perkembangan pengetahuan, kedewasaan, keimanan, dan sebagainya, jadi tidak salah bila ada pesan moral yang mengatakan bahwa kita rugi bila hari ini sama saja dengan kemarin.

Hari ini adalah masa lalu untuk esok, saya lebih senang dengan kalimat ini dibandingkan susunan kata lainnya yang melibatkan kata; kemarin, hari ini, dan besok. Kenapa, karena fokus kita adalah esok atau masa depan. Bila masa depan yang kita idamkan adalah sesuatu yang menuntut kerja keras di masa lalu, maka tentu hari ini kita akan lebih giat berusaha. Atau bisa juga dibalik logikanya, bila hari ini saya melakukan hal seperti ini, maka masa depan seperti apa yang akan saya jalani besok. Jadi, seolah-olah, kita tidak bisa tenang-tenang saja bila hari ini kita tidak melakukan apa-apapun untuk masa depan yang terbayang di kepala kita.

Nah, sekarang kita bawa bahasan ini ke konteks dunia akhirat. Akhirat seyogyanya adalah masa depan yang akan dialami semua manusia. Bukti yang tidak bisa terbantahkan adalah kematian. Siapa di dunia ini yang kebal dari kematian? Tidak ada seorang pun. Jadi suka atau tidak suka, kita harus menerima kenyataan bahwa dunia ini tidak abadi untuk kita dan untuk semua manusia tanpa terkecuali. Semua makhluk akan dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya di dunia. Apa yang akan dialami di sana adalah semuanya tergantung masa lalu (di dunia).

Loh, pembahasan kok jadi horor begini ya.. Tapi itulah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Anggap saja artikel ini untuk mengingatkan kembali bahwa kita ini hanyalah makhluk dan untuk apa kita diciptakan..