Memilih untuk menjadi karyawan atau pengusaha adalah sah-sah saja dan tidak ada yang salah dengan keduanya. Kita bebas memilih usaha apa yang sesuai dengan jiwa kita untuk mendapatkan uang yang bisa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengikuti kesesuaian dengan karakternya, banyak orang yang akhirnya berhenti sebagai karyawan dan beralih menekuni bisnis, namun ada juga yang karena bisnis tidak lancar akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi karyawan. Tapi, dari semuanya saya lebih salut lagi bila ada orang yang bisa menjalankan dua-duanya yakni karyawan sekaligus pengusaha disebabkan terampil dalam membagi waktu dan pikirannya.
Untuk pembahasan kali ini saya akan mengulas lebih jauh mengenai peralihan dari karyawan menjadi pengusaha, seperti yang saya alami sekarang. Ini juga nantinya sebagai bahan motivasi untuk saya sendiri agar tetap semangat menjalani pilihan ini.
Keseharian karyawan jauh berbeda dengan keseharian pengusaha. Karyawan sudah disediakan pekerjaan yang terjadual dan rutinitas yang tidak semua orang senang menjalaninya. Namun karena pertimbangan bahwa pekerjaan itu adalah satu-satunya sumber nafkah, maka pikiran-pikiran yang destruktif ditepikan jauh-jauh agar tidak menambah beban dan tidak mengurangi motivasi. Kelebihan sebagai karyawan adalah pemasukan yang selalu ada setiap bulan, sehingga perencanaan bisa diplot hingga beberapa tahun ke depan termasuk pengadaan cicilan rumah, cicilan kendaraan, alat rumah tangga, asuransi, dan lain-lain.
Menjadi pengusaha juga pilihan yang punya aspek positif. Pengusaha lebih kepada kebebasan bertindak dan mengatur waktu. Banyak orang mengaitkan pengusaha dengan materi yang melimpah, dan itu benar adanya meskipun tidak semua. Sebenarnya dalam hal keuangan pengusaha lebih tidak stabil dibandingkan karyawan, namun ketidakstabilan itu memiliki range yang jauh lebih lebar, yakni sekali untung langsung untung besar, kalau rugi ya rugi besar juga. Ketidakstabilan ini mungkin yang menyebabkan banyak pengusaha yang tetap menginginkan anaknya menjadi karyawan saja di BUMN atau PNS.
Bagi yang suka tantangan dan tidak suka hidup monoton, lebih baik memilih jalur pengusaha. Mungkin saya termasuk kategori ini. Memang aneh bagi sebagian orang tatkala kita meninggalkan pekerjaan yang bergaji lumayan besar untuk mengejar sesuatu yang tidak tahu apakah nantinya akan mendapatkan pendapatan yang sama besar atau tidak. Tapi, tantangan seperti itulah yang bikin hidup lebih hidup. Dengan ketidakpastian, kita lebih banyak berpikir tentang bagaimana menaklukkan hidup ini, bagaimana melakukan yang benar, yang nantinya akan bermuara kepada Tuhan selaku pengatur rejeki.
Setiap hal mempunyai proses termasuk dalam berbisnis. Kita tidak bisa begitu saja mendapatkan jalan pintas untuk berhasil, yang pasti biarpun pelan tapi pasti arahnya. Setiap usaha itu apa pun bentuknya membutuhkan keteguhan hati untuk mau terus berjuang. Di awal-awal pasti kita temui banyak hambatan dari dalam dan luar diri kita. Dan bila semuanya telah kita lewati maka yakinlah akan muncul petunjuk yang akan membuat kita melaju dengan cepat. Yakin saja, Allah pasti memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha.
..Mimpi itu hanya akan tetap jadi mimpi bila..
..kita tidak berbuat sesuatu untuk merealisasaikannya..
Untuk pembahasan kali ini saya akan mengulas lebih jauh mengenai peralihan dari karyawan menjadi pengusaha, seperti yang saya alami sekarang. Ini juga nantinya sebagai bahan motivasi untuk saya sendiri agar tetap semangat menjalani pilihan ini.
Keseharian karyawan jauh berbeda dengan keseharian pengusaha. Karyawan sudah disediakan pekerjaan yang terjadual dan rutinitas yang tidak semua orang senang menjalaninya. Namun karena pertimbangan bahwa pekerjaan itu adalah satu-satunya sumber nafkah, maka pikiran-pikiran yang destruktif ditepikan jauh-jauh agar tidak menambah beban dan tidak mengurangi motivasi. Kelebihan sebagai karyawan adalah pemasukan yang selalu ada setiap bulan, sehingga perencanaan bisa diplot hingga beberapa tahun ke depan termasuk pengadaan cicilan rumah, cicilan kendaraan, alat rumah tangga, asuransi, dan lain-lain.
Menjadi pengusaha juga pilihan yang punya aspek positif. Pengusaha lebih kepada kebebasan bertindak dan mengatur waktu. Banyak orang mengaitkan pengusaha dengan materi yang melimpah, dan itu benar adanya meskipun tidak semua. Sebenarnya dalam hal keuangan pengusaha lebih tidak stabil dibandingkan karyawan, namun ketidakstabilan itu memiliki range yang jauh lebih lebar, yakni sekali untung langsung untung besar, kalau rugi ya rugi besar juga. Ketidakstabilan ini mungkin yang menyebabkan banyak pengusaha yang tetap menginginkan anaknya menjadi karyawan saja di BUMN atau PNS.
Bagi yang suka tantangan dan tidak suka hidup monoton, lebih baik memilih jalur pengusaha. Mungkin saya termasuk kategori ini. Memang aneh bagi sebagian orang tatkala kita meninggalkan pekerjaan yang bergaji lumayan besar untuk mengejar sesuatu yang tidak tahu apakah nantinya akan mendapatkan pendapatan yang sama besar atau tidak. Tapi, tantangan seperti itulah yang bikin hidup lebih hidup. Dengan ketidakpastian, kita lebih banyak berpikir tentang bagaimana menaklukkan hidup ini, bagaimana melakukan yang benar, yang nantinya akan bermuara kepada Tuhan selaku pengatur rejeki.
Setiap hal mempunyai proses termasuk dalam berbisnis. Kita tidak bisa begitu saja mendapatkan jalan pintas untuk berhasil, yang pasti biarpun pelan tapi pasti arahnya. Setiap usaha itu apa pun bentuknya membutuhkan keteguhan hati untuk mau terus berjuang. Di awal-awal pasti kita temui banyak hambatan dari dalam dan luar diri kita. Dan bila semuanya telah kita lewati maka yakinlah akan muncul petunjuk yang akan membuat kita melaju dengan cepat. Yakin saja, Allah pasti memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha.
..Mimpi itu hanya akan tetap jadi mimpi bila..
..kita tidak berbuat sesuatu untuk merealisasaikannya..