Saat chatting dengan salah seorang kerabat yang masih bisa dikatakan dekat, saya menjawab ‘biasalah dinamika hidup’ untuk menjawab pertanyaan beliau tentang kalimat saya yang mengandung kata ‘stres-stress’. Hehe.. Entah kenapa istilah ‘dinamika hidup’ kok membuat saya kesetrum untuk membikin tulisan tentangnya.. Dan akhirnya inilah tulisan itu yang Mengupas Tentang Dinamika Hidup itu.

Saya mulai saja sebelum intronya kepanjangan :P. Hidup, bagaimana pun bentuknya adalah suatu rezeki yang diberikan ke kita. Mungkin juga bisa dibilang musibah bila kita tahu makna hidup yang sebenarnya. Kenapa musibah? Karena dengan hidup yang diberikan, maka kita akan banyak mengenal hal-hal yang membuat kita lupa kepada Yang Menciptakan kita. Yang semula kita sudah diberi tahu bahwa hidup kita hanya untuk beribadah kepada-Nya, malah kita lupakan karena tergoda oleh kenikmatan dunia yang sangat melimpah. Hati-hati saja.. (kok seperti meneror ya :P).

Apa yang membuat saya teringat akan kata itu saat menjawab pertanyaan dari kerabat itu, adalah saya sadar bahwa hidup kita tidak pernah stagnan, stabil, dan kata-kata sejenis lainnya. Ingat, Tuhan memberikan nilai hidup kepada kita mungkin dengan cara membolak-balikkan hati kita, membuat kita bingung dengan dua pilihan, menggoda kita dengan kemudahan dan fasilitas yang tidak halal, dan lain sebagainya. Tentu saja dinamika hidup tidak melulu soal kenikmatan, tapi juga soal ketidakberuntungan loh ya. Misal kita sudah sangat nyaman menempati suatu daerah, lantas tiba-tiba suatu hari kita dihadapkan pada masalah pribadi yang susah jalan keluarnya. Yeah.. Itulah dinamika hidup, naik turun. 

Lantas apa reaksi orang terhadap dinamika hidup? Bermacam-macam, tapi saya yakin efeknya lari kepada apa yang biasa kita pikirkan. Bila kita biasa berpikiran mencari jalan pintas, maka jalan pintas itu yang akan kita ambil. Di sinilah peran kehidupan beragama kita sangat diperlukan. Agama mengajarkan kepada kita untuk bertawakkal dan ikhlas. Kita meyakini bahwa Allah memberikan jalan terbaik untuk kita dan memberikan jalan hidup yang lebih pas buat kita. Contoh yang paling ringan adalah ketika kita diberi musibah dengan hilangnya harta benda atau pekerjaan, tapi dengan itu malah membuat kita malah rajin beribadah dan mendekatkan kita ke surga. Bila diberi musibah malah jadi sakit jiwa, masuk kalangan teroris, berbuat anarkis,.. itu lain ceritanya, bro. Itu kalau nggak kuat agamanya..

Yeah. Mudah-mudahan saya diberi ketabahan atas apa yang terjadi dalam hidupku, tetap mengkorelasikan setiap kejadian dengan ‘kun fayakun’-nya Allah SWT, dan mengikhlaskan nasib hamba ini kepada Tuhan Semesata Alam.. Amiiiiiennnn.. Berusaha ya tetap berusaha, tapi tetap sadar diri sebagai makhluk juga dong.