Dalam bergaul dengan orang lain, sengaja atau tidak sengaja kita tidak bisa lepas dari kekhilafan. Sekuat apa pun diri kita mengendalikan diri untuk tidak sampai membuat kesalahan, tetap saja susah dihindari. Mungkin kita berpikir, kalau begitu lebih baik tidak usah bergaul dong.. seperti yang sering saya pikirkan juga. :D. Namun kalau dipikir lebih tidak etis lagi kalau kita memilih membekukan silaturrahmi hanya karena takut terlibat dalam masalah yang tidak perlu.
Terus solusinya bagaimana dong? Bergaullah yang wajar. Kita niatkan bergaul karena itu tuntutan kita sebagai makhluk sosial. Jangan berlebih-lebihan dalam hal bicara, bercerita, berkomentar, karena dikhawatirkan kita bakal dicap sombong, sempurna, dan lebih baik dari orang lain. Bila atribut itu sudah muncul dalam pikiran orang, maka kita akan dianggap salah oleh mereka ataupun kalau tidak ada yang salah, mereka akan tetap mencari kesalahan kita atau setidaknya mencap kita jelek.
Kita baik atau tidak, tetap saja punya peluang untuk dibenci orang. Atau dibalik, orang lain baik atau tidak, tetap saja kita berpeluang untuk membencinya. Loh, kok bisa? Satu misal deh, kalau teman terlalu baik atau kaya, terus teman kita jadi buah bibir orang lain, dan sampai kepada membandingkan kita dengan teman kita, dan kita ada di posisi yang lebih rendah.. Jika kita tidak iman dan bukan orang sabar, saya yakin akan muncul benih kebencian kepada teman kita itu.. Setuju?
Baik itu kita dibenci atau pun membenci orang lain, sama saja memiliki efek negatif. Memendam suatu kebencian hanya akan menghalangi kebebasan kita sendiri. Kebencian akan melahirkan obsesi untuk membalas dan pikiran kita condong untuk memperhatikan gerak-gerik orang lain sehingga ketidaktenangan itu muncul dengan sendirinya. Dunia terasa lebih sempit, pikiran juga putar-putar di situ saja, ketenangan hidup menjauh, dan emosi yang tidak terkendali. Terus apa yang harus kita perbuat??
Satu saja kuncinya, ikhlaskan!
Kita bukanlah manusia yang bisa menanggung semua beban hidup. Kita punya Tuhan tempat curahan hati kita dengan meyakini bahwa Dia Maha Kuasa sehingga Dia-lah yang bisa membuat kita keluar dari masalah yang menghimpit kita. Ikhlas berarti mempasrahkan kepada Tuhan apa pun yang akan terjadi ke depan. Baik itu berakhir baik atau berakhir buruk, kita terima saja. Kita jadikan kebencian orang lain itu adalah sesuatu yang biasa saja yang Tuhan atur untuk kita agar kita berubah dan lebih menjaga diri, mulut, dan tingkah laku.
Jikalau orang yang membenci kita itu mencaci atau melakukan hal yang tidak terpuji kepada kita, kita balas dengan wajar. Jangan berlebih-lebihan, karena itu bisa jadi pemantik untuk lebih memperpanjang masalah yang ada. Toh, nanti dia akan menyesal sendiri kalau sudah merasa berbuat berlebihan kepada kita.. Tapi intinya kita tidak perlu takut dan khawatir, selama kita percaya dan dekat kepada Tuhan, yakinlah kita akan diberi jalan keluar yang indah..
Terus solusinya bagaimana dong? Bergaullah yang wajar. Kita niatkan bergaul karena itu tuntutan kita sebagai makhluk sosial. Jangan berlebih-lebihan dalam hal bicara, bercerita, berkomentar, karena dikhawatirkan kita bakal dicap sombong, sempurna, dan lebih baik dari orang lain. Bila atribut itu sudah muncul dalam pikiran orang, maka kita akan dianggap salah oleh mereka ataupun kalau tidak ada yang salah, mereka akan tetap mencari kesalahan kita atau setidaknya mencap kita jelek.
Kita baik atau tidak, tetap saja punya peluang untuk dibenci orang. Atau dibalik, orang lain baik atau tidak, tetap saja kita berpeluang untuk membencinya. Loh, kok bisa? Satu misal deh, kalau teman terlalu baik atau kaya, terus teman kita jadi buah bibir orang lain, dan sampai kepada membandingkan kita dengan teman kita, dan kita ada di posisi yang lebih rendah.. Jika kita tidak iman dan bukan orang sabar, saya yakin akan muncul benih kebencian kepada teman kita itu.. Setuju?
Baik itu kita dibenci atau pun membenci orang lain, sama saja memiliki efek negatif. Memendam suatu kebencian hanya akan menghalangi kebebasan kita sendiri. Kebencian akan melahirkan obsesi untuk membalas dan pikiran kita condong untuk memperhatikan gerak-gerik orang lain sehingga ketidaktenangan itu muncul dengan sendirinya. Dunia terasa lebih sempit, pikiran juga putar-putar di situ saja, ketenangan hidup menjauh, dan emosi yang tidak terkendali. Terus apa yang harus kita perbuat??
Satu saja kuncinya, ikhlaskan!
Kita bukanlah manusia yang bisa menanggung semua beban hidup. Kita punya Tuhan tempat curahan hati kita dengan meyakini bahwa Dia Maha Kuasa sehingga Dia-lah yang bisa membuat kita keluar dari masalah yang menghimpit kita. Ikhlas berarti mempasrahkan kepada Tuhan apa pun yang akan terjadi ke depan. Baik itu berakhir baik atau berakhir buruk, kita terima saja. Kita jadikan kebencian orang lain itu adalah sesuatu yang biasa saja yang Tuhan atur untuk kita agar kita berubah dan lebih menjaga diri, mulut, dan tingkah laku.
Jikalau orang yang membenci kita itu mencaci atau melakukan hal yang tidak terpuji kepada kita, kita balas dengan wajar. Jangan berlebih-lebihan, karena itu bisa jadi pemantik untuk lebih memperpanjang masalah yang ada. Toh, nanti dia akan menyesal sendiri kalau sudah merasa berbuat berlebihan kepada kita.. Tapi intinya kita tidak perlu takut dan khawatir, selama kita percaya dan dekat kepada Tuhan, yakinlah kita akan diberi jalan keluar yang indah..