Seringkali kita melihat ada banyak orang yang hidup dalam keadaan yang mengenaskan, tapi tetap merasa biasa-biasa seolah tidak membutuhkan suatu sikap yang bisa mengubah hidupnya. Apakah sudah putus asa ataukah memang tidak tahu menahu tentang hidup itu seperti apa, saya pun tidak mengerti. Yang jelas, bila kita temui sebuah keluarga dengan semangat hidup yang tidak ngotot, maka sepatutnya kita berpikir untuk memikirkan bagaimana cara agar mereka lepas dari pola pikir seperti itu.

Di dalam masyarakat kita, ada banyak kata mutiara yang mengiaskan setiap sisi persoalan hidup. Kata mutiara adalah kalimat berbentuk wejangan yang sarat dengan nilai-nilai kebaikan dan ketuhanan. Kata mutiara umumnya berkalimat halus sehingga cocok untuk disampaikan kepada mereka yang kita inginkan kebaikan padanya. Dengan kata mutiara, kita sekedar membuatnya tergugah, tidak menyerang frontal, sehingga menghindari konflik yang tidak diharapkan bersama.

Kita tentunya menginginkan kemajuan bersama, menginginkan kemakmuran bersama agar tidak ada kesenjangan sosial. Oleh karena itu, senantiasa diperlukan adanya empati sosial di mana kita berusaha untuk menjadikan orang lain di sekeliling kita  juga menjadi maju. Tentu saja kita tidak bisa membantu mereka dengan sumber daya yang kita miliki yang juga terbatas, kita hanya bisa membangkitkan sumber daya mereka yakni semangatnya, kemauannya, kegigihannya, dan keteguhannya, agar bisa mempertanggungjawabkan kehidupannya sendiri. Yah, kita mengharapkan kemandirian orang lain..

Begitu juga terhadap diri kita, orang lain juga ingin melihat kita maju. Jangan menjadi pribadi yang merasa bagus sendiri, egois, apalagi sombong, yang akan menjadikan kita menolak saran dari orang lain yang ingin melihat kita lebih baik. Kita harus saling memberi dan saling menerima, karena dua-duanya punya hikmah untuk kepribadian kita. Dan, seperti apakah kata mutiara semangat hidup yang sebaiknya kita sebarkan ke sekeliling kita, kira-kira seperti berikut ini;

“Hidup cuma sekali, jadi sangat disayangkan bila hidup ini tidak digunakan untuk menjadi mafaat untuk sekeliling kita”. Seringkali orang kehilangan makna hidup bila semua hal hanya ditujukan untuk diri sendiri, cobalah kita berpikir untuk kepentingan orang lain maka bisa jadi semangat hidup akan kembali bergelora dengan munculnya sejumlah rencana-rencana baru yang kemudian menjadi target baru.

“Setelah kehidupan ini, alam kematian akan kita masuki. Seperti apakah kita di alam kematian itu, semuanya ditentukan seperti apa kita di dunia ini”. Tentu saja semua orang pasti takut akan kematian, maka topik kematian adalah topik yang bisa kembali menyadarkan kita bahwa kehidupan ini ada batasnya atau akan ada saatnya hidup harus berakhir. Sudah siapkah kita dengan amalan yang sedikit ini untuk dijadikan tabungan memasuki kematian. Saya rasa semua orang akan mengatakan ‘belum cukup’.

Semangat hidup seyogyanya harus selalu terpatri dalam jiwa raga kita. Hidup bukanlah sesuatu yang dijalani dengan hanya melakukan kesia-siaan, tapi harus diperjuangkan untuk memperoleh kebaikan. Allah tidak akan mengubah nasib bila kita sendiri yang tidak mau mengubahnya. Jadi, senantiasa siapkan amunisi berupa motivasi dan kegigihan untuk menghadapai kegagalan, ketidakberdayaan, dan keburukan yang terkadang mewarnai jalan hidup.