Dunia ini penuh dengan pengetahuan. Saya sempat berpikir apakah pengetahuan yang dimaksud Allah sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya yang mana berulang kali tersebut dalam Al Qur’an. Wallohu a’lam. Dari dunia astronomi, biologi, geologi, tanah, tumbuhan, fisika, kedokteran, filsafat, psikologi, komunikasi, dan masih banyak lagi cabang ilmu. Tapi tentu yang paling utama dari semua ilmu itu pastilah ilmu agama.

Ilmu agama pun masih sangat luas, dan tidak hanya sebatas ilmu saja tapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Nah, artikel kali ini menyinggung tentang ilmu agama yakni syukur dan serakah, dua sifat yang sangat berbeda tentu saja. Saya bahas menurut pandanganku, jikalau ada yang keliru dan tidak patut, mohon dikoreksi ya..

Syukur berarti berterima kasih kepada-Nya atas apa yang kita dapatkan di dunia. Sifat tidak syukur seringkali orang samakan dengan serakah, dan menurut saya itu boleh-boleh saja. Namun, ketidaksyukuran dan keserakahan acapkali orang sebut untuk menahan kita menuju kesuksesan. Yah, banyak orang memandang seseorang yang mempunyai mimpi setinggi langit itu adalah orang yang serakah dan tidak bersyukur. Loh? Aneh kan..

Saya katakan demikian, karena untuk menjadi sukses dibutuhkan mimpi dan goal yang tentunya di atas kondisi kita yang sekarang ini. Mimpi itu sekaligus menjadi target yang kita kejar yang kemudian menjadi motivasi bagi kita untuk menghiraukan halangan dan hambatan demi mencari cara untuk sampai ke posisi itu. Namun, hal ini kadang diartikan orang lain sebagai bentuk ketidaksyukuran atau keserakahan.

Jika selama ini kita terbiasa menuruti apa kata ‘penonton’ (maksud saya, orang yang melihat kita atau orang-orang yang memperhatikan gerak gerik kita, termasuk orang tua tentu saja), maka berhati-hatilah anda mencerna perkataan mereka. Jika anda langsung menganggap benar perkataan mereka karena pertimbangan mereka lebih senior (baca: lebih tua lebih banyak pengalaman), maka bisa jadi pencapaian hidup anda ya maksimal seperti mereka itu. Jadi… Harus bergaul dengan orang sukses ya? Yup, betul sekali.

Pergaulan sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup kita. Ada orang besar mengatakan ‘jika anda mau menjadi pengusaha maka bergaullah dengan pengusaha, jika anda mau menjadi pengusaha tapi keseharian bergaul dengan karyawan, ya tidak ke mana-mana. Kalau anda tidak percaya dengan pernyataan ini dan mau bereksperimen untuk membuktikan kalimat tersebut, silakan, tidak ada yang larang. Hehehe…

Saat orang mengatakan ‘anda itu tidak bersyukur, sudah punya banyak harta masih saja memburu harta, sungguh serakah’. Bila mental kita tidak kuat, saya yakin anda pasti merasa salah, dan mulai mengendorkan motivasi dan menyalahkan mimpi anda. Kalau sudah begini, akhirnya kita sendiri yang rugi, kesempatan dan peluang besar yang mungkin bisa digapai dengan konsisten berusaha akhirnya lenyap atau terkubur. Itu akibatnya bila kita menganggap besar perkataan orang lain. Ikuti saja kata hati kita sendiri, toh kita yang tahu kemampuan dan niat kita. Orang lain tentu saja bebas mengatakan sesuatu dan kita juga berhak untuk memilih apa yang ingin kita lakukan.