Saya terkapar oleh penyakit yang muncul berurutan bahkan ada yang dobel sekaligus. Semua saya alami setelah kutinggalkan pekerjaanku. Pekerjaan yang begitu hebatnya sehingga saya jenuh menjawab pertanyaan orang lain tentang kenapa aku meninggalkannya. Capek deh..
Meskipun memikirkannya atau tidak adalah hak saya, tapi saya mengakui tidak bisa begitu saja menghentikan kekuatan pikiranku. Pikiranku sudah begitu liarnya sehingga nekad saja saya putuskan untuk keluar dari pekerjaan agar fokus ke peruntungan yang lain. Bila pikiran sehebat itu saja telah bisa membuatku menyerah untuk menurutinya, bagaimana bisa saya menghentikan pikiran-pikiran skala kecil.
Inilah refleksi yang telah saya lakukan untuk mengenal kekuatan alam pikiran sadar:
Hidupku banyak dihabiskan dengan berpikir dengan kata lain hampir di mana saja saya berpikir, bahkan kadang terbawa sampai ke mimpi segala / alam bawah sadar. Terkadang saya merasa semua sudah di luar kendali. Atau mungkin itukah yang dinamakan obsesi yang akan selalu menghantui pikiran bila belum dituntaskan. Ditambah lagi saya sadar bahwa saya punya sifat ferfeksionis, jadi lengkaplah ‘penderitaan’-ku.
Biar bagaimanapun, untuk bisa menikmati hidup, kita harus setuju dengan pikiran kita. Bila kita sengaja menentangnya maka kita sengaja membuat hidup tidak tenang, itu sudah pasti. Jadi,mau diapa lagi, jalan satu-satunya saya bahagia ya dengan menjalani saja apa yang pikiranku programkan. Toh, juga pada tujuan akhirnya memang itulah yang saya harapkan. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Di samping itu, saya menemui perbedaan besar antara alam pikiranku dan ragaku. Pikiranku sudah jauh melangkah sementara ragaku masih saja lelet dan masih sering dibalut penyakit yang menggelayut. Saya tidak tahu apakah ini adalah alasan bagi ragaku untuk tidak mau mengikuti pikiranku yang selalu kubanggakan atau bagaimana.
Yang jelas, untuk bisa membangunkan macan yang tidur dalam jiwa, pikiran dan raga harus bisa berjalan bersama. Bagaimana caranya? Saya pun belum tahu. Setidaknya saya sudah mengetahui bahwa ada dikotomi dalam diriku dan harus kusatukan untuk bisa menghalau hambatan-hambatan kesuksesan yang telah siap menghadang di depan mata. Semoga indah pada waktunya.. Amiien.
0 comments:
Post a Comment