Semua orang menandai hari kelahirannya di setiap tahun untuk diperingati. Ada yang dengan pesta ulang tahun, intropeksi, dan bahkan ada yang tidak ingin ada perayaan sama sekali. Apa pun itu, yang jelas setiap tahun usia bertambah, semakin banyak waktu yang kita, tabungan dosa dan pahala juga bertambah. Bila kita hidup di dunia dengan suka ria, pastinya sangat nikmat hidup ini dan berharap selamanya ingin hidup terus.
Secara mendasar, makna ulang tahun hanyalah bertambahnya usia dalam skala tahun. Tentu saja usia bisa kita ukur dalam jumlah hari untuk mengingat bahwa hitungan hari lebih penting dari pada tahun. Karena setiap waktu yang diberikan oleh-Nya adalah kesempatan untuk beribadah. Waktu yang diberikan ke kita juga bisa jadi kesempatan berbuat dosa. Itu tergantung kesadaran masing-masing, karena hidup ini banyak godaan yang membuat kita terlena dan lupa akan waktu, tuhan, apalagi akhirat.
Berlalunya waktu harusnya kita sikapi dengan menghargainya. Menghargai dalam arti melakukan aktivitas secara efektif dan senantiasa mensyukurinya. Waktu yang berlalu tidak bisa kembali lagi, walaupun kesempatan bisa saja muncul di lain waktu, tapi tidak ada yang bisa menjamin. Bila jatah hidup kita sudah ditakdirkan, maka ulang tahun bisa juga diartikan sebagai pengurangan sisa hidup kita.
Meskipun tidak harus dijadikan hari spesial, tapi minimal hari ulang digunakan sebagai ajang intropeksi. Yang biasanya kita selau lupa untuk intropeksi setiap hari apalagi bulanan. Momen ulang tahun yang bila kita lupa pun, pasti ada teman atau kerabat yang mengingatkan, akan menjadi hari yang unik sendiri, rasanya memang pas untuk intropeksi. Di momen tahun baru pun bisa kita lakukan intropeksi, tapi bedanya tahun baru terlalu riuh dengan suara terompet dan kembang api, baru intropeksi dikit eh buyar lagi begitu mendengar suara ribut di luar rumah.
Setiap orang berbeda dalam menjalani hari ulang tahunnya, tergantung kesehariannya dan lingkungannya. Anak kecil mungkin senang-senang saja karena akan dapat rejeki lebih dari kado dan makanan. Remaja akan memasuki masa galau karena bingung menghadapi perubahan kedewasaan dan dunia asmara. Tapi, orang yang sudah di atas 30 tahun pastinya akan sangat tidak enak dengan ulang tahunnya karena adanya banyak tuntutan yang lingkungan harapkan, baik itu yang belum menikah, belum punya pekerjaan tetap, belum punya anak, belum punya rumah sendiri, dan lain-lain..
Apa pun rutinitas yang kita lakukan saat menjalani hari ulang tahun, harus mencerminkan semangat hidup yang ingin terus lebih baik lagi di masa yang akan datang. Di hari ulang tahun, kita juga harus berdoa dengan khidmat bukan hanya setelah tiup lilin saja, tapi setelah sholat, dan kapan saja. Semoga saja jadi momentum perubahan untuk kehidupan yang lebih berkah. Meskipun tidak ada tuntunannya dalam Islam mengenai ulang tahun, tapi sebagai manusia kita dituntut harus pintar-pintar memotivasi diri sendiri yang salah satunya adalah mencari momen yang pas untuk kita jadikan pintu perubahan. Saya kira selama niatnya baik dan tidak ada larangan untuk itu, berarti boleh dilakukan.
Secara mendasar, makna ulang tahun hanyalah bertambahnya usia dalam skala tahun. Tentu saja usia bisa kita ukur dalam jumlah hari untuk mengingat bahwa hitungan hari lebih penting dari pada tahun. Karena setiap waktu yang diberikan oleh-Nya adalah kesempatan untuk beribadah. Waktu yang diberikan ke kita juga bisa jadi kesempatan berbuat dosa. Itu tergantung kesadaran masing-masing, karena hidup ini banyak godaan yang membuat kita terlena dan lupa akan waktu, tuhan, apalagi akhirat.
Berlalunya waktu harusnya kita sikapi dengan menghargainya. Menghargai dalam arti melakukan aktivitas secara efektif dan senantiasa mensyukurinya. Waktu yang berlalu tidak bisa kembali lagi, walaupun kesempatan bisa saja muncul di lain waktu, tapi tidak ada yang bisa menjamin. Bila jatah hidup kita sudah ditakdirkan, maka ulang tahun bisa juga diartikan sebagai pengurangan sisa hidup kita.
Meskipun tidak harus dijadikan hari spesial, tapi minimal hari ulang digunakan sebagai ajang intropeksi. Yang biasanya kita selau lupa untuk intropeksi setiap hari apalagi bulanan. Momen ulang tahun yang bila kita lupa pun, pasti ada teman atau kerabat yang mengingatkan, akan menjadi hari yang unik sendiri, rasanya memang pas untuk intropeksi. Di momen tahun baru pun bisa kita lakukan intropeksi, tapi bedanya tahun baru terlalu riuh dengan suara terompet dan kembang api, baru intropeksi dikit eh buyar lagi begitu mendengar suara ribut di luar rumah.
Setiap orang berbeda dalam menjalani hari ulang tahunnya, tergantung kesehariannya dan lingkungannya. Anak kecil mungkin senang-senang saja karena akan dapat rejeki lebih dari kado dan makanan. Remaja akan memasuki masa galau karena bingung menghadapi perubahan kedewasaan dan dunia asmara. Tapi, orang yang sudah di atas 30 tahun pastinya akan sangat tidak enak dengan ulang tahunnya karena adanya banyak tuntutan yang lingkungan harapkan, baik itu yang belum menikah, belum punya pekerjaan tetap, belum punya anak, belum punya rumah sendiri, dan lain-lain..
Apa pun rutinitas yang kita lakukan saat menjalani hari ulang tahun, harus mencerminkan semangat hidup yang ingin terus lebih baik lagi di masa yang akan datang. Di hari ulang tahun, kita juga harus berdoa dengan khidmat bukan hanya setelah tiup lilin saja, tapi setelah sholat, dan kapan saja. Semoga saja jadi momentum perubahan untuk kehidupan yang lebih berkah. Meskipun tidak ada tuntunannya dalam Islam mengenai ulang tahun, tapi sebagai manusia kita dituntut harus pintar-pintar memotivasi diri sendiri yang salah satunya adalah mencari momen yang pas untuk kita jadikan pintu perubahan. Saya kira selama niatnya baik dan tidak ada larangan untuk itu, berarti boleh dilakukan.